Tuesday, May 6, 2014

cerita foto (2)

Honey Hunter (3)

Rabu malam 26 November 2013 : menjadi momen puncak perburuan Madu. Paska semua bahan peralatan tiba puncak. Semua personil turun di bivak dasar lembah. Santap lekas masakan hangat. Nasi tanak dan batang muda pohon enau. Kuah menggiurkan. Sambel sudah ludes! Lewat maghrib bergegas naik teras tebing. Hanya 2 rekan tugas utama yg bekerja di puncak tebing. Dingin merayap...kami sebagai tenaga 'back-up' hanya menunggu di teras tebing. Malam gelap menambah keindahan Ngarai. Dengung satwa serasa pub-music nan alami. Berhias kelap-kelip pantat para kunang-kunang. Kami terpengkur dalam bungkam masing-masing. Penat.. dikuras lelah aktivitas sejak masa terang tadi. Beberapa rekan tertidur. Maklum hawa atap Rinjani mulai turun memenuhi kolong lembah. Dingiiiin...., Memaksa kami saling merapat badan. Berusaha menularkan panas tubuh satu-sama lain. Tebal jaket terasa belum sempurna bungkus kujur diri. Memanfaatkan jeda waktu, tidur menjadi kepuasan tersendiri. Bahkan karung menjadi selimut andalan, demi menumpas dingin yang menjalar semena-mena. Mengatasi bosan, saya kadang tegur rekan lain. Pastikan masih ada yang terjaga. Bukan kenapa, kesadaran saya sedikit di gayut was-was akan intaian bahaya Hipotermia. Tapi seperti biasa, berada di habitat alam terbuka, selalu hadirkan sajian visualitas yang sensual. Dan ini menjadi pengalih... alasan utama kenapa saya rela bergabung di petualangan kali ini. Mountain view....  remang... gelap.. keindahan apa lagi yang mampu dipungkiri?
Saya-pun meredam kagum tak henti. Sambil sesekali sedut plintiran 'mako' (tembakau) virginia, khas Lombok. Senter hanya boleh sesekali kedip.. demi hindari serangan berantai para patroli lebah.
Malam kian redup... justru makin hidup. Terlebih anak tangga sudah turun merapat di tepi ove-hung di poin sarang. 2 pekerja utama beraksi. Kantuk kami hilang, shift kembali kerja. Teras kami bernaung menjadi tempat lokasi serah-terima irisan sarang dari ceruk tebing. Sulitnya kondisi dan metode petik, serta porsi lelah makin menambah tekanan kerja. Sekalipun masih bisa di baur canda-tawa. Akhirnya 2 sarang lebah terdekat yang bisa di panen. Itupun makan waktu hampir 2 jam, usai pemasangan alur tali dan tangga. Mendadak bulan nongol menerangi lembah. Ketegangan lain muncul. Lebah yang tadinya mengejar jatuhan bara dan halau kepul asap, mulai menyadari siapa pengusik utama mereka. Berbalik menyerang 2 pekerja utama. Pekerjaan di hentikan!
Bertemu di teras tebing utama. Sejurus kemudian, kami semua gegas luncur turun dasar lembah. Alasan demi menghindari lebah mengendus keberadaan sarang yang telah kami santroni. Tak terbayangkan baur perasaan. Was-was... tapi campur cekikik geli. Di saat situasi genting..meski tergesa-gesa, Kami bergerak lincah..tapi waspada. Bergerak bak pendekar turun gunung.. dengan mengerahkan jurus ringan tubuh.  Tiba bivak, kami segera membesarkan bara unggun. Mengirim kepul asap tebal...tujuan mengacaukan indera penciuman lebah pekerja. Dan ini sudah menjadi SOP umum.
Makan lagi.. di jatah waktu dini hari. Bagaimanapun tenaga kami memang terforsir. Kemudian berangsur kami senyap oleh kantuk yang dalam. Lagi-lagi, merapat tubuh. Persis tatanan ikan pindang. Bertajuk kanopi.. dan juga beralas terpal. Berselimut karung...sebagian memanfaatkan kain spanduk. Lepas jiwa ke haribaan... menyatu bumi.
*copas postingan FB  


Pagi mulai menyusup dasar lembah... kami telah tunai sholat subuh sejak tadi. Melawan dingin dan sisa kantuk 'shift' begadang semalam. Bumbung asap dapur mengepul tanda aktivitas pagi dimulai. Menyatu embun dan lembap halimun. Benang cahaya menyusup di sela rongga rerimbun tajuk.

2 rekan mulai gesit menyiapkan sarapan. tanak nasi... kuah batang nira muda, dan kaldu Royco dicampur oseng cabe dan duo-bawang. Kali ini tanpa menu tambahan lain. Ikan asin ludes...., Dan lihat! ukuran piring kami gak main" besarnya :) Memanfaatkan tutup  wadah ember!

Selanjutnya mulai memerah sarang lebah hasil panen semalam. Dua sarang ukuran sedang. Lumayanlah sebagai awal pekerjaan...

Iris... belah... getah coklat yang menggiurkan!

Perah!... peras... keremes... genggam...

Agenda selanjutnya, hanya saya dan amak Murdi yang pulang menuju desa Dasan Tinggi. Madu perahan sudah terkumpul sekitar 10 liter-an. Selain tujuan memasok madu di lumbung storing unit di base-camp desa, tujuan lain adalah mengambil logistik tambahan dan bahan makanan lain. Saya sendiri kudu mesti balik Mataram. Ini sebagian rupa jalan... menyusup diantara batang pohon besar yang tumbang akibat angin.

Liku setapak bebatuan...,

memotong alur sungai seperti perjalanan awal kemarin...,


2 jam tengah perjalanan, kami ber-dua rehat sejenak. Himpun tenaga... sambil memasak mie. Jamu kunyit menjadi asupan stamina lain, terlebih langsung saya campur dengan madu baru. Adapun air minum bukanlah soal, Sambil jalan-pun bisa saya lakukan dengan tehnik gayung langsung di saat menyeberangi sungai... mudah, efektif. Segar luar biasa!
tiba di poin Blukus Puteq....,

nah, klo ini jelas"... tabiat Ilegal lodging...,

Kayu masih basah... warna kambium terang... aromatik kayu kuat, pertanda pohon ini baru saja dikerjakan dalam kurun dekat (2 or 3 hari lalu).. Biasa pula pengerjaan-nya dilakukan dengan cara di cicil.. Bisa jadi oleh perambah hutan. Maupun profesi sambilan lain. Melihat ukuran diameter yang besar... besar kemungkinan size seperti itu merupakan order khusus, untuk cikal bakal pembuatan dasar lunas perahu.

Keluar dari hutan, tibalah kami diatas huma dan ladangdi punggung bukit. Disini masih bagian wilayah desa Dasan Tinggi. Langit tampak medung... terlebih nun jauh di lokasi petik madu. Indikasi bahwa pekerjaan akan menyulitkan, hehehe.... hujan bukan waktu yang tepat untuk urusan panjat-memanjat. Hope the best moment........,

No comments:

Post a Comment