|
Trangia... the every-where, official partner |
Pekan akhir November...,
Mendadak ada ajakan dari beberapa rekan para pemburu madu. Seperti biasa, kawasan berada di sekitar hutan kaki gunung Rinjani. Bukan main antusias saya sambut tawaran gabung di momen kali ini. Bukan tanpa sebab. Soalnya, lokasi yang bakal kami kunjungi adalah zona favorit yang selama ini saya idamkan. Bahkan sudah hampir 4 tahun silam pernah di agendakan anjang-sana. Batal, sebab sesuatu dan lain hal. Terlalu jauh lah..., yahana-yahanu! Butuh persiapan matang. Banyak ragu-ragu. Ndilalah, bahkan pernah terakhir kali survey pra-panen ternyata sarang para lebah sedang kosong. Gigit jari.. tapi itu sudah bagian suka-duka perburuan.
|
Dinding tebing pola leleh dan rembesan warna Putih |
Nama tempatnya Blukus Puteq. Ada banyak versi menurut penafsiran lokal. Blukus dinamai pembungkus. Puteq berarti warna putih. Sebagian warga pemukim terdekat lebih memaknai istilah itu karena berkaitan dengan pesona warna air sungai yang mengalir deras. Menciptakan alur jeram eksotis dan berwarna putih. Sungai ini menjadi alur air utama yang mendukung sistim irigasi alami di zona bawah. Tepatnya di wilayah Desa Sambelia. Dan tentunya ber-hulu muasal alur ketinggian ceruk-ceruk lembah Rinjani. While, inisial lain sungai ini disebut dengan nama "Otak Reban".
Lebih kesan seram, Blukus-Puteq bisa diartikan oleh sebagian orang sebagai pembungkus kafan. Merujuk selimut jenazah atawa mayat. Memang secara frasa harfiah bahasa sasak bisa pula sebut begitu. Ikon identik ini justru saya ngeh! sejenak setelah mengamati salah satu sudut dinding tebing dalam trip kami menyusuri sungai. Tebing batu itu membentuk sudut 90 derajat. Legam coklat berhias cokol tanaman tipe hidrofit. Sisi unik-nya ada pada lelehan warna putih. Sangat kontras dengan nuansa coklat. Dan jika terminologi kafan tadi berasal dari fenomena alamiah itu. Saya justru setuju dengan pandangan terakhir. Hehehe..., 'kafan' itu tidak melambai... tapi tertoreh indah. Semacam noktah tembok kusam yang dilumuri chlorine.
Menuju lokasi sarang lebah di Blukus-Puteq terbilang sulit. Terlebih saat masuki musim hujan. Faktor jarak dan kondisi medan tempuh. Total makan waktu 4 jam terhitung start awal dari mulut desa terakhir. Dasan Tinggi, yang menjadi bagian wilayah kecamatan Sambelia. Meliuk alur stoney-river menjadi suguhan pertama kali. Ditampung di embung, lalu dialirkan pada parit besar, di distribusikan sebagai lintas irigasi persawahan di ground level rendah dibawah sana. Air gunung bersih dan segar ini sekaligus dimanfaatkan pihak PDAM lokal sebagai tabungan air alami-nya. Selanjutnya silahkan simak alur perjalanan di segmen foto terlampir....,
25
November 2013 : bangun lebih dini.. masih jauh subuh. Meluncur dari
Mataram dengan iringan 4 motor. Dingin.. sekaligus menantang terpaan
benang matahari hangat. Di sektor Anjani saya hinggap sejenak. Mengamati
rekah pagi disekitar pondok
Nadhatul Wathan (NW)..seliweran para santri. Tampak puncak Rinjani bertajuk mendung
kental. Indikasi mudah bahwa lokasi petik madu bakal diwarnai dingin dan
hujan. Ah... maju terus!
Tiba dusun Lian tim Mataram bergabung
dengan rekan lain. Total jumlah kami ber-10. Kemas bekal dan alat.
Belanja logistik di pasar Sambelia. Well done! tepat di mulut Dasan
Tinggi..petualangan ini dimulai. Dan saya-pun mulai merapal lirik John
Denver, you feel up my senses....,
* pengantar wacana ringkas di postingan Facebook.
|
persiapan bekal, peralatan & logistik... nun jauh dari lokasi |
|
alur setapak dusun terakhir, gerbang menuju lokasi perburuan madu |
|
Lansekap sungai Otak Reban, bebatuan, dengan debit air kecil akibat telah di pasung Embung |
|
saatnya memilah bekal... di punggung bukit perdana |
|
kayu dipersiapkan sebagai alat bantu panggul |
|
setapak lembah... dan senyum ceria pasukan pemburu madu |
|
Iringan kami membelah ladang dan huma penduduk |
|
Maju terus.. pantang ngadat, terik sebentar lagi panggang kepala |
|
Ladang penduduk dan aktivitas pembersihan lahan... |
|
nanjak lagi.... point hilbernate -tree |
|
tiba setapak di puncak bukit terakhir........., |
|
rehat lagi lepas lelah 1/2 jam... gubuk itu menjadi lokasi ideal. |
|
turunan awal memasuki pintu Hutan... lebih menjanjikan sejuk alami |
|
sekitar 1 jam perjalanan dari bukit terakhir... akhirnya temui alur sungai | |
|
|
|
|
air bening..menawarkan sejuk, lepas dahaga dan membasuh peluh |
|
|
saya mulai menuai kekaguman bertubi-tubi.... alur kami mulai memotong jalur sungai |
|
cukup kuras tenaga... hanya rasa penasaran yang bikin tetap semangat |
|
ceruk lembah dan tebing vertikal... sungai dangkal, perpaduan indah |
|
bagi saya disinilah point of interest dari sekelumit perjalanan ini |
|
posisi alur setapak sulit....licin membelah gundukan cadas besar |
No comments:
Post a Comment