Mengamati langsung aksi para pemetik madu di habitat outdoor memberi banyak input inspiratif. Dengan peralatan sederhana mereka jalani pekerjaan itu dengan penuh keceriaan. Sekedar utas tali secukupnya. Kadang mengandalkan beberapa paku ukuran 15 cm, sebagai media bantu pijak topang tubuh. Cukup di tancap sesuai jarak jangkau yang di-inginkan. Aksi ini dilakukan bila hendak memanjat pohon tinggi dengan lingkar diameter lebar. Tanpa ada sarana bantu penghantar hinggap. Semisal lengan percabangan.
Aksi mereka terlihat cekatan. Lebih pukau lagi sama sekali tanpa peralatan pengaman yang memadai. Gak ada bekalan pernik mountaineering gear, seperti yang dipakai para hobbyst panjat tebing. Selalu diintai resiko terpeleset…jatuh hujam tanah. Tapi semua itu di tepis dengan niat tulus.
Saya menjuluki mereka Manusia tokek… yang kemudian menjadi ikon figure utama karakter di komik yang saya bikin. Sayang gak bisa saya terusin. Baru sekedar profile pembuka. Segmentasi naratif-nya sederhana saja :
Mengulas kisah tentang bocah dari daerah. Belantara adalah background lingkungan alami. Activist lingkungan sejati. Profesi-nya pencari madu alam dan sesekali berburu sarang burung wallet. Bak pendekar , dia punya rutinitas kunjung ke berbagai kompleks rimba di nusantara.
Hingga belakangan dia miris. Aksi illegal lodging kian ganas. Belum lagi upaya lain aksi penambangan yang menggaruk eksotis wajah rimba. Dengan dalil consensus, legalitas izin. Hingga sekali waktu. Saat di hutan, si geyco-man “kampong” mengalami kjadian unik. Di gigit seekor tokek-bokek, yang menurut sanro* (julukan tabib Sumbawa) Air tanah yang selama ini aman diminum ternyata telah terpolusi limbah tambang. Si tokek mengandung, nggak sengaja sruput bahan kimiawi tertentu. Mendadak struktur DNA internal si tokoh sentral mengalami perubahan. (sedikit contek seperti contoh kasus Spiderman).
Tidak mau berpangku tangan, si tokoh kini menyingsingkan lengan. Gelar aksi selanjutnya! Super hero baru telah lahir! Meski asal kampung… tapi memiliki dedikasi global. Dia tidak hanya lagi mengenal gelayutan antar tajuk pohon. Kini mulai merambah gedung-gedung pencakar langit di kota-kota besar. Gak silau beda nuansa peradapan. Berjiwa social dan penolong bagi sesama yang membutuhkan. Humanisme ala manusia huma…..,
Go..Go..Go… manusia Geyco! Aida merang peee!!!!*
key note :
Sanro : Profesi tabib tradisional masyarakat asli Sumbawa. Dalam strata komunal , menduduki porsi yang patut di hormati. Hasil karya mereka yang terkenal berupa Minyak Sumbawa. Terbuat dari berbagai ramuan akar tetumbuhan asli belantara kawasan sekitar. Dan bahan lain tentunya. Pengolahannya diliputi suasana religius, melibatkan beberapa asisten pria, dan tabu melibatkan pihak perempuan. Prosesi prilaku ritual dilakukan dengan minimalis dialogis. Cukup kode etik isyarat tangan. Momentum garap paling tepat adalah jelang tiba Maulid Nabi. Khasiat terbukti mumpuni. Penawar berbagai penyakit, baik sebagai oles maupun minum. Salah satu produksi Minyak Sumbawa yang tersohor berasal dari daerah bernama Batu Rotok.
Aida Meraaang Pee!! : Ujaran khas orang sumbawa berkonotasi rasa takjub. Seolah celetukan..."wah hebatnya!!". Tentu saja dengan cengkok alamiah entitas warga mereka. Via tulisan jadi rumit di bayangkan.
No comments:
Post a Comment