Sunday, September 23, 2012

meniris MADU baru...,

Cerita dikit...., 
Tumben nambah asupan posting di blog getah-lebah. Wow, sudah cukup lama, saya gak lagi berkutat aksi avonturir di rana per"lebah"an. Sekalipun tentu tidak putus komunikasi dengan beberapa rekan yang tekuni perburuan madu di belantara kaki Rinjani. Maklumlah, alihan fokus kegiatan lain. Ini-itu... sana dan sini.
Hingga satu kesempatan tiba. Kira selang 2 minggu lalu. Ada keluarga sakit yang membutuhkan stok madu asli hutan untuk keperluan pengobatan diabetes. Bertepatan dengan jelang pergantian musim. Sedang masuk etape awal kemarau. Debit air yang mulai susut, adalah parameter termudah sebagai referensi awal.
Selain itu momen kemarau juga menandakan kualitas madu produksi hutan semakin bagus. Terkait dengan kadar air yang terlarut. Sebagaimana ulasan wacana madu umumnya. Paling tidak ini bisa sebagai input materi redaksional dunia lebah. Khususnya, madu multi flora atau yang dihasilkan oleh spesies Apis dorsata.

Kontakpun bersambut. Kebetulan ada 2 oknum pemburu yang baru turun gunung. Gak banyak kata meraka.  Hanya 'panen' sebongkah sarang kecil. Kisaran hanya 1 liter lebih sedikit jelasnya. Saya menyambut antusias. Asyiknya lagi, ini tipe sarang baru. Ada beberapa ciri yang mudah dikenali ;
  1. Warna sarang masih putih bersih. Termasuk pada bagian penutup formasi heksagonal. Biasanya oleh kalangan pemburu madu di juluki "masih ter-Segel" :)
  2. Belum terisi larva lebah. atau calon 'orok' lebah. Seperti diketahui kantung-kantung sarang yang menyimpan cairan madu merupakan cikal bakal stok asupan makanan bagi para larva.
  3. Aroma menyengat tajam, khas sekar belantara.
Paling tidak poin tadi (1 &2) adalah ciri fisik yang mudah di kenali visual, Kecuali poin 3, kudu mengandalkan indera penciuman. Bagi sesiapa yang sering bermain di kawasan rimba biasanya akan familiar dengan 'bau' itu. Begitu juga dengan propilis madu, yang dikenal sebagai bahan dis-infektan (anti bakteri),  zat pelindung alami seisi penghuni sarang. Khusus propilis dan bee-pollen pasti-nya cuma bisa di rasakan dengan indera perasa. Paska proses tiris, ataupun pemerasan. Sisa gumpalan sarang yang terkepal masih menyimpan kandungan 2 unsur tadi. Saya gak membuangnya, tapi menyimpan untuk sesekali kesempatan bisa di jadikan semacam manisan sarang lebah. Bukan di telan langsung, tetapi mengunyah dan menghisap sisa madu, propilis dan bee pollen sekaligus. Ada sensasi sedikit rasa asam dan kecut. 
Agak beda pada sarang yang lebih tua. Bee Pollen biasanya sudah membentuk semacam kepompong. dan berbulir halus kalo di kunyah. Karena memang berasal dari serbuk sari bunga yang terangkut secara sistimatik oleh kinerja lebah pekerja saat mengisap cairan sari bunga. 

Yah..., ntar bila ada kesempatan lagi. Semoga saya gak lupa. Menyempatkan diri untuk intens menggali info dan tentunya menyertakan lampiran dokumentasi, khusus untuk kajian Bee-Pollen.

Salam bagi pembaca....,